KHUTBAH JUM'AT
KUMPULAN HADITS
ARBA'IN
-Imam An-Nawawi-
Hadits ke-21
عَنْ أَبِي عَمْرو، وَقِيْلَ : أَبِي عَمْرَةَ سُفْيَانُ بْنِ عَبْدِ اللهِ الثَّقَفِي رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قُلْتُ : يَا رَسُوْلَ اللهِ قُلْ لِي فِي اْلإِسْلاَمِ قَوْلاً لاَ أَسْأَلُ عَنْهُ أَحَداً غَيْرَكَ . قَالَ : قُلْ آمَنْتُ بِاللهِ ثُمَّ اسْتَقِمْ [رواه مسلم]
Dari Abu ‘Amrah Sufyan bin ‘Abdullah radhiyallahu anhu, ia berkata : " Aku telah berkata : ‘Wahai Rasulullah, katakanlah kepadaku tentang Islam, suatu perkataan yang aku tak akan dapat menanyakannya kepada seorang pun kecuali kepadamu’. Bersabdalah Rasululloh Shallallahu ‘alaihi wa Sallam : ‘Katakanlah : Aku telah beriman kepada Allah, kemudian beristiqamalah kamu’ “.
[Muslim no. 38]
Penjelasan
Kalimat “katakanlah kepadaku tentang Islam, suatu perkataan yang aku tak akan dapat menanyakannya kepada seorang pun kecuali kepadamu”, maksudnya adalah ajarkanlah kepadaku satu kalimat yang pendek, padat berisi tentang pengertian Islam yang mudah saya mengerti, sehingga saya tidak lagi perlu penjelasan orang lain untuk menjadi dasar saya beramal. Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam menjawab : “Katakanlah : ‘Aku telah beriman kepada Allah, kemudian beristiqamalah kamu’ “. Ini adalah kalimat pendek, padat berisi yang Allah berikan kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam.
Dalam dua kalimat ini telah terpenuhi pengertian iman dan Islam secara utuh. Beliau menyuruh orang tersebut untuk selalu memperbarui imannya dengan ucapan lisan dan mengingat di dalam hati, serta menyuruh dia secara teguh melaksanakan amal-amal shalih dan menjauhi semua dosa. Hal ini karena seseorang tidak dikatakan istiqamah jika ia menyimpang walaupun hanya sebentar. Hal ini sejalan dengan firman Allah : “Sesungguhnya mereka yang berkata : Allah adalah Tuhan kami kemudian mereka istiqamah……”.(QS. Fushshilat : 30)
yaitu iman kepada Allah semata-mata kemudian hatinya tetap teguh pada keyakinannya itu dan taat kepada Allah sampai mati.
‘Umar bin khaththab berkata : “Mereka (para sahabat) istiqamah demi Allah dalam menaati Allah dan tidak sedikit pun mereka itu berpaling, sekalipun seperti berpalingnya musang”. Maksudnya, mereka lurus dan teguh dalam melaksanakan sebagian besar ketaatannya kepada Allah, baik dalam keyakinan, ucapan, maupun perbuatan dan mereka terus-menerus berbuat begitu (sampai mati). Demikianlah pendapat sebagian besar para musafir. Inilah makna hadits tersebut, Insya Allah.
Begitu pula firman Allah : “Maka hendaklah kamu beristiqamah seperti yang diperintahkan kepadamu”.(QS. Hud : 112)
Menurut Ibnu ‘Abbas, tidak satu pun ayat Al Qur’an yang turun kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam yang dirasakan lebih berat dari ayat ini. Oleh karena itu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam pernah bersabda :
“Aku menjadi beruban karena turunnya Surat Hud dan sejenisnya”.
Abul Qasim Al Qusyairi berkata : “Istiqamah adalah satu tingkatan yang menjadi penyempurna dan pelengkap semua urusan. Dengan istiqamah, segala kebaikan dengan semua aturannya dapat diwujudkan. Orang yang tidak istiqamah di dalam melakukan usahanya, pasti sia-sia dan gagal”. Ia berkata pula : “Ada yang berpendapat bahwa istiqamah itu hanyalah bisa dijalankan oleh orang-orang besar, karena istiqamah adalah menyimpang dari kebiasaan, menyalahi adat dan kebiasaan sehari-hari, teguh di hadapan Allah dengan kesungguhan dan kejujuran. Oleh karena itu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda : ‘Istiqamahlah kamu sekalian, maka kamu akan selalu diperhitungkan orang’.
Al Washiti berkata : “Istiqamah adalah sifat yang dapat menyempurnakan kepribadian seseorang dan tidak adanya sifat ini rusaklah kepribadian seseorang”. Wallaahu a’lam.
Dalam dua kalimat ini telah terpenuhi pengertian iman dan Islam secara utuh. Beliau menyuruh orang tersebut untuk selalu memperbarui imannya dengan ucapan lisan dan mengingat di dalam hati, serta menyuruh dia secara teguh melaksanakan amal-amal shalih dan menjauhi semua dosa. Hal ini karena seseorang tidak dikatakan istiqamah jika ia menyimpang walaupun hanya sebentar. Hal ini sejalan dengan firman Allah : “Sesungguhnya mereka yang berkata : Allah adalah Tuhan kami kemudian mereka istiqamah……”.(QS. Fushshilat : 30)
yaitu iman kepada Allah semata-mata kemudian hatinya tetap teguh pada keyakinannya itu dan taat kepada Allah sampai mati.
‘Umar bin khaththab berkata : “Mereka (para sahabat) istiqamah demi Allah dalam menaati Allah dan tidak sedikit pun mereka itu berpaling, sekalipun seperti berpalingnya musang”. Maksudnya, mereka lurus dan teguh dalam melaksanakan sebagian besar ketaatannya kepada Allah, baik dalam keyakinan, ucapan, maupun perbuatan dan mereka terus-menerus berbuat begitu (sampai mati). Demikianlah pendapat sebagian besar para musafir. Inilah makna hadits tersebut, Insya Allah.
Begitu pula firman Allah : “Maka hendaklah kamu beristiqamah seperti yang diperintahkan kepadamu”.(QS. Hud : 112)
Menurut Ibnu ‘Abbas, tidak satu pun ayat Al Qur’an yang turun kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam yang dirasakan lebih berat dari ayat ini. Oleh karena itu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam pernah bersabda :
“Aku menjadi beruban karena turunnya Surat Hud dan sejenisnya”.
Abul Qasim Al Qusyairi berkata : “Istiqamah adalah satu tingkatan yang menjadi penyempurna dan pelengkap semua urusan. Dengan istiqamah, segala kebaikan dengan semua aturannya dapat diwujudkan. Orang yang tidak istiqamah di dalam melakukan usahanya, pasti sia-sia dan gagal”. Ia berkata pula : “Ada yang berpendapat bahwa istiqamah itu hanyalah bisa dijalankan oleh orang-orang besar, karena istiqamah adalah menyimpang dari kebiasaan, menyalahi adat dan kebiasaan sehari-hari, teguh di hadapan Allah dengan kesungguhan dan kejujuran. Oleh karena itu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda : ‘Istiqamahlah kamu sekalian, maka kamu akan selalu diperhitungkan orang’.
Al Washiti berkata : “Istiqamah adalah sifat yang dapat menyempurnakan kepribadian seseorang dan tidak adanya sifat ini rusaklah kepribadian seseorang”. Wallaahu a’lam.
Khutbah Jum'at di Masjid Al Istiqomah Lohbener Tgl.13 April 2018
" Isra Mi'raj & Perubahan Kepemimpinan Dunia "
الحمد لله
الذى اﺳﺮﻯ ﺑﻌﺒﺪﻩ ﻟﻴﻼ ﻣﻦ ﺍﻟﻤﺴﺠﺪﺍﻟﺤﺮﺍﻡ ﺍﻟﻰﺍﻟﻤﺴﺠﺪﺍﻻﻗﺼﻰ. ﻭﺍﻋﺮﺟﻪ ﺍﻟﻰﺍﻟﺴﻤﻮﺍﺕﺍﻟﻌﻼ.ﺛﻢ
ﺍﻭﺟﺐ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﻋﻠﻰﺍﻣﺘﻪﺍﻟﺼﻠﻮﺍﺕ ﻭﻟﺼﻼﺓ ﺍﻟﻮﺳﻂﻰ. اشهد ان لا اله الا الله وحده لاشريك له
ﺷﻬﺎﺩﺓ ﻋﺒﺪﻟﻢ ﻳﻜﻦ ﻣﻌﺎﻧﺪﺍ ﻭﻻﻋﺼﻰ. و اشهد ان ﺳﻴﺪﻧﺎﻭﻧﺒﻴﻨﺎ محمدا عبده و رسوله و حبيبه
و خليله ﻧﺒﻲﺟﺎﺀﻧﺎ ﺑﺎﻟﺒﻴﻨﺎﺕ ﻭﺍﻟﻬﺪﻯ. اَللًّهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ وَ بَارِكْ عَلَى
عَبْدِكَ وَ رَسُوْلِكَ مُحَمَّدٍ وَ عَلَى اَلِهِ وَ اَصْحَابِهِ ﺻﻼﺓ ﻭﺳﻼﻣﴼ
ﺩﺍﺋﻤﻴﻦﻣﺘﻼﺯﻣﻴﻦﺍﺑﺪﴽ.ﻭﺳﻠﻢﺗﺴﻠﻴﻤﴼﻛﺜﻴﺮﴽ.
امابعد، فَيَا اَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ
رَحِمَكُمُ الله ! اُوْصِيْكُمْ وَ اِيَّايَ بِتَقْوَى الله فَقَدْ فَازَ
الْمُتَّقُوْنَ، اتقوا الله تعالى رب العالمين و سارعوا الى مغفرة الله الكريم.
Hadirin Jamaah Jum’at RK :
Alhamdulillah, kita bersyukur
kepada Allah swt. Di siang hari ini, di hari yang mulya ini, kita dapat
bersimpuh di tempat yang suci ini, dalam rangka menunaikan salahsatu kewajiban
kita, yaitu menu- naikan sholat jum’at, yang sebentar lagi akan kita
laksanakan. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada baginda
Rosululloh saw.
Merenungi kondisi kehidupan
social kita yang menurut sebagian orang semakin mengkhawatirkn kan, Marilah
kita tingkatkan ketaqwaan kita kepada Allah swt, kapanpun dan dimanapun kita
berada, dengan senantiasa seoptimal mungkin mengerjakan segala perintah-Nya dan
meninggalkan segala larangan-Nya. Dan melaksanakan segala hukum-hukum-Nya, agar
kita
Dikeluarkan dari segala
persoalan hidup. Sebagaimana Allah berfirman :
“ WAMAN YATTAQILLAHA YAJ’AL
LAHU MAKHROJA WAYARJUKHU MIN HAESTSU LA YAHTASIB.”
Ma’âsyiral muslimîn rahîmakumullâh;
Salah satu peristiwa besar
yang hanya terjadi sekali seumur kehidupan manusia adalah peristiwa Isra dan
Mi’raj Nabi besar Muhammad Rasulullah saw.
Allah berfirman dalam Al
Qur’an :
z`»ysö6ß üÏ%©!$# 3uó r& ¾ÍnÏö7yèÎ/ Wxøs9 ÆÏiB ÏÉfó¡yJø9$# ÏQ#tysø9$# n<Î) ÏÉfó¡yJø9$# $|Áø%F{$# Ï%©!$# $oYø.t»t/ ¼çms9öqym ¼çmtÎã\Ï9 ô`ÏB !$oYÏG»t#uä 4
¼çm¯RÎ) uqèd ßìÏJ¡¡9$# çÅÁt7ø9$# ÇÊÈ
“Maha Suci Allah yang telah
memperjalankan hamba-Nya (Muhammad SAW) pada suatu malam dari Masjidil Haram ke
Masjdil Aqsha yang telah kami berkahi sekelilingnya agar kami perlihatkan
kepadanya sebagian dari tanda-tanda kebesaran Kami. Sesungguhnya Dia Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui” (QS. Al Isra:1).
Hadirin Sidang Jum’at RK :
Banyak hikmah dan pelajaran
dari peristiwa Isro Mi’raj ini, namun ada satu isyarat penting yang hampir-hampir
tidak kita ketahui, karena yang sering kita dengar dalam memperingati Isro
Mi’raj, hanyalah yang berkenaan dengan perjalanan Rosululloh dari langit ke 1
sampai langit ke 7 alias Sidrotul Muntaha, dengan oleh-oleh perintah sholat 5
waktu.
Adapun satu isyarat penting
itu adalah isyarat Perubahan kepemimpinan dunia, dari tangan Yahudi ke tangan
umat Islam. Isyarat ini dijelaskan oleh Syeikh Shafiyyurrahmân al-Mubârakfûriy
( 1427 H ), dalam karya tulisnya, sebagai juara pertama perlombaan penulisan
sirah nabawiyah (Sejarah kehidupan Rasul saw.), Rabitah Alam Islamy, Makkah,
dalam kitab sirohnya “Ar Rahîqum Makhtûm”, hal 124. Beliau menangkap isyarat
ini. Diantaranya setelah mencermati bahwa dalam surat al Isra yang berisi 111
ayat, hanya satu ayat yang menceritakan peristiwa isra’, yakni ayat pertama,
ayat-ayat berikutnya justru berbicara tentang kejahatan Bani Israil dan informasi kehancuran mereka akibat kejahatan
mereka sendiri. Karena itulah kepemim- pinan kaum Yahudi akan Allah pindahkan
kepada Rasulullah saw, Tidak hanya itu Allah akan menyatukan kedua pusat dakwah
Nabiyullah Ibrahim as, yakni Makkah dan Baitul Maqdis ( Palestina ) kepangkuan
umat Rasulullah saw. Isyarat ini juga terlihat dari tampilnya Rasulullah SAW
sebagai Imam shalat bagi para nabi di masjidil Aqsha.
Ma’âsyiral muslimîn RK ;
Dalam peristiwa Isra’,
Rasulullah SAW, diperja - lankan dari Masjidil Haram di kota Mekkah menuju kota
Yastrib ( Madinah ), lalu ke Madyan Thursina ( di Mesir ), lalu Baithlehem
(Baitullahmi) baru kemudian ke Baitul Maqdis, di Palestina. Di sini beliau
dipertemukan dengan nabi-nabi terdahulu. Beliau pun shalat bersama mereka dan
didaulat sebagai imamnya.
Sejarah telah membuktikan,
bahwa sekitar setahun setelah Isra dan Mi’raj, Rasulullah saw berhasil
menegakkan kekuasaan Islam di Yatsrib ( 622 M ), kemudian terjadi Fathul Makkah
( 630 M ). Adapun Suriah, Iraq dan Palestina dibebaskan pada tahun 637 - 638 M,
dan Mesir tahun 641 M.
Maka Praktisnya, sekitar 20
tahun setelah Isra’ Mi’raj, semua rute perjalanan Isra’ dan Mi’raj sudah berada
dalam kepemimpinan umat Islam.
Ma’âsyiral muslimîn RK;
Kenapa Kepemimpinan Bani
Isra’il Digantikan?
Allah jelaskan dalam surat al
Isra : 4
!$oYøÒs%ur 4n<Î) ûÓÍ_t/ @ÏäÂuó Î) Îû É=»tGÅ3ø9$# ¨bßÅ¡øÿçGs9 Îû ÇÚöF{$# Èû÷üs?§tB £`è=÷ètGs9ur #vqè=ãæ #ZÎ62 ÇÍÈ
Dan telah Kami tetapkan
terhadap Bani Israel dalam kitab itu: "Sesungguhnya kamu akan membuat
kerusakan di muka bumi ini dua kali, dan pasti kamu akan menyombongkan diri
dengan kesombongan yang besar.”
Imam at Thabari ( 310 H)
dalam tafsirnya menjelaskan maksud dari kerusakan yang dibuat oleh Bani Israil,
beliau menyatakan :
لتعصنّ االله يا معشر
بني إسرائيل ولتخالفنّ أمره في بلاده
Sungguh kalian akan bermaksiat kepada Allah wahai bani Israil, dan
sungguh kalian akan menyelisihi perintahnya di negerinya. (Jâmi’ul Bayân fî Ta’wîlil Qur’ân, 17/356)
Karena kemungkaran,
kemaksiyatan, pengingkaran dan penyimpangan mereka dalam pelaksanaan
hukum-hukum Allah SWT-lah yang membuat mereka tidak layak lagi memimpin umat
manusia. Tidak hanya itu, bahkan mereka merubah kitab Allah SWT lalu mengatakan
“Ini wahyu dari Allah” , tidak hanya itu, mereka juga membunuh nabi mereka
sendiri yakni nabi Zakariya dan Nabi Yahya a.s. Sejarah membuktikan walaupun
mereka pernah 250 tahun berjaya, sejak 975 SM, karena kemaksiyatan ini, Allah
menjadikan mereka dikalahkan oleh tentara Babilonia di bawah pimpinan
Bukhtanassar ( Nebukadnezar ), yang menawan dan menjadikan mereka sebagai
budak2.
Kehancuran karena kemaksiatan
ini, bukan hanya berlaku untuk Bani
Israel, namun berlaku untuk siapa saja, dan negara mana saja. Negeri Saba yang berkembang kira-kira tahun
1000 SM, negeri yang sangat makmur, namun karena kekufuran yg semakin menyebar,
Allah
Sungguh, berpalingnya manusia
dari syari’at-Nya lah, yang Allah jadikan penyebab kehancuran suatu bangsa,
siapapun bangsa tersebut, termasuk bangsa kita. Dan sungguh, tidak ada cara
lain untuk berjaya kembali kecuali dengan taubat yang sebenarnya, yang diiringi
dengan sesegera mungkin menjalankan ketaatan pun menghancurkan mereka.
Ma’âsyiral muslimîn RK;
sepenuhnya kepada Allah SWT.
Sejarah membuktikan bahwa tatkala Bani Isreal bertaubat, maka Allah memberikan
giliran kejayaan bagi mereka untuk berkuasa kembali pada tahun 536 SM,
Allah berfirman:
÷bÎ) óOçFY|¡ômr& óOçFY|¡ômr& ö/ä3Å¡àÿRL{ (
÷bÎ)ur öNè?ù'yr& $ygn=sù 4
#sÎ*sù uä!%y` ßôãur ÍotÅzFy$# (#qä«ÿ½Ý¡uÏ9 öNà6ydqã_ãr (#qè=äzôuÏ9ur yÉfó¡yJø9$# $yJ2 çnqè=yzy tA¨rr& ;o§tB (#rçÉi9tFãÏ9ur $tB (#öqn=tã #·Î6÷Ks? ÇÐÈ
Jika kamu berbuat baik
(berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri, dan jika kamu berbuat jahat
maka kejahatan itu bagi dirimu sendiri ( QS. Al Isra’ : 7).
Kemudian Allah mengancam
kalau mereka kembali durhaka maka Allah juga akan kembali menghinakan mereka.
Sebagaimana Allah berfirman :
×@÷uqsù tûïÏ%©#Ïj9 tbqç7çFõ3t |=»tGÅ3ø9$# öNÍkÏ÷r'Î/ §NèO tbqä9qà)t #x»yd ô`ÏB ÏYÏã «!$# (#rçtIô±uÏ9 ¾ÏmÎ/ $YYyJrO WxÎ=s% (
×@÷uqsù Nßg©9 $£JÏiB ôMt6tG2 öNÍgÏ÷r& ×@÷urur Nßg©9 $£JÏiB tbqç7Å¡õ3t ÇÐÒÈ
“ Maka kecelakaan yang
besarlah bagi orang-orang yang menulis Al Kitab dengan tangan mereka sendiri,
lalu dikatakannya; "Ini dari Allah", (dengan maksud) untuk memperoleh
keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu. Maka kecelakaan yang besarlah
bagi mereka, akibat apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan kecelakaan
yang besarlah bagi mereka, akibat apa
4Ó|¤tã ö/ä3/u br& ö/ä3uHxqöt 4
÷bÎ)ur öN?ãã $tRôãã ¢
$uZù=yèy_ur tL©èygy_ tûïÌÏÿ»s3ù=Ï9 #·ÅÁym ÇÑÈ
“ Mudah-mudahan Tuhanmu akan
melimpahkan rahmat – Nya kepadamu; dan
sekiranya kamu kembali kepada (kedurhakaan), niscaya Kami kembali ( mengazabmu )
dan Kami jadikan neraka Jahanam penjara bagi orang-orang yang tidak beriman.
(QS. Al Isra :
Ma’âsyiral muslimîn RK;
Sungguh tegaknya hukum Allah,
adalah jalan perbaikan umat ini, jalan
perbaikan bangsa ini, jalan perbai bagi kita semua. Bahkan Rasulullah saw. bersabda
berkaitan dg satu hudud saja:
َ ين ص َ ِ ع َ ب ض،
خَيـْرٌ لأَِهْلِهَا مِنْ ْ أَن يمُطَروا أَرْ ِ بَاحً َلح ا َد يـُقَامُ ِ في ْ الأَرْ
“ Sungguh satu hudud ( hukum Allah ) yang
ditegakkan di muka bumi, itu lebih baik bagi penduduknya daripada mereka (
dihukum Allah ) dengan diberi hujan 40 pagi ( berturut-turut ).
( HR. Ahmad dan Nasa-i dari Abu Hurairah)
Hadirin Rohimakumulloh ;
Marilah kita menyadari, atas
kesalahan dan kekeliruan kita selama ini, Semoga dalam rangka mengisi
Peringatan Isro Mi’raj Tahun 2018 ini, Allah jadikan kita orang-orang yang sanggup
melakukan perbaikan-perbaikan tatanan hidup, tatanan hukum, dan tatanan sosial.
Baik perbaikan diri sendiri, keluarga kita dan masyarakat kita, yakni dengan
berupaya menjalankan dan mengupayakan tegaknya hukum - hukum Allah di muka bumi
ini.
بَارَكَ
اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا
فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا
وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ
وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمِ
Komentar
Posting Komentar